Baca Juga
KoranHarian.Cf, Belum selesai proses hukum pencabulan anggota DPRD Kepri terhadap siswi
SLTA beberapa waktu, sudah terjadi lagi kekerasan seks terhadap bocah
11 tahun, dan digilir empat remaja.

Kejadian memilukan tersebut pada hari Komisioner Komisi Perlindungan dan Pengawasan Anak Daerah (KPPAD) Natuna lalu.
Ketua
KPPAD Natuna Raja Peni mengatakan pihaknya sangat menyesalkan
terjadinya kasus tersebut. “Korbannya ternyata masih duduk di bangku
Sekolah Dasar, bukan SMP. Memang badannya bongsor. Kami sangat
menyesalkan kejadian ini,” ungkap Peni seperti diberitakan Batam Pos
(Jawa Pos Group) hari ini.
KPPAD
kata Peni, sudah berkoordinasi dengan pihak kepolisian agar hak anak
tetap terpenuhi dan berkoordinasi dengan Badan Pemberdayaan Perempuan
dan KB yang selama ini mendampingi korban anak dan anak berhadapan
dengan hukum.
“Penanganan
kasus ini sudah tepat dan prosedurnya. Anak berhadapan dengan hukum
juga mendapat penangan khusus dan di tempat penahanan khusus anak,” kata
Peni.
Namun
menurut Peni, terdapat beberapa catatan KPPAD dalam kasus ini. Salah
satu pemicunya adalah kurangnya pengontrolan orangtua kepada anak. Sudah
larut malam, anak masih berada di luar rumah.
Diakuinya,
khususnya korban ini orangtuanya tidak menyadari anaknya dijemput.
Karena keluar dari jendela kamar. Sehingga orangtua tidak menyadari
anaknya berada di luar.
“Jadi
orangtua kecolongan, anak keluar dari jendela kamar. Tapi ini kami cek
lagi, tentu korban perlu mendapat penanganan psikolog anak,” ujar Peni.
Selain
itu kata Peni, catatan utamanya adalah penjualan minuman keras dijual
bebas. Menyebabkan remaja sekolah mudah mendapatkan minuman haram yang
berujung kerusakan moral remaja.

0 comments:
Post a Comment